23 Mei 2011
Lupakan Nasionalisme, Justru Kebijakan Elka yang Perlu Introspeksi
Politisi Golkar Bambang Soesatyo dituntut untuk meminta maaf kepada Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu karena pernyataannya yang berbau rasis. Bahkan, Ketua Dewan Penyantun YLBHI Todung Mulya Lubis menilai ucapan Bambang Soesatyo berbau rasisme, dan sebagai anggota DPR, tidak pantas mengucapkan kalimat yang menjurus ke SARA.“DIA harus meminta maaf kepada Mari Pangestu dan publik, serta mencabut penyataannya,” kata Todung Mulya Lubis, Jumat (20/5/2011).
Todung juga mengingatkan agar Badan Kehormatan (BK) DPR memangil Bambang, untuk menegakkan etika dan politik hukum.
Sementara itu, Bambang sendiri mengaku dirinya tidak mau meminta maaf kepada Mari Elka, terkait kritik yang disampaikannya itu. Bahkan, Bambang balik mendesak agar Mari tidak lagi mendahulukan kepentingan China.
Menurut Bambang, pernyataan yang dilontarkannya itu bertujuan agar Mari Elka lebih nasionalis. “Saya kira nggak perlu minta maaf. Demi bangsa ini, saya hanya minta dia lebih nasionalis. Agar kebijakan dan sepak terjangnya sebagai pejabat negara mendahulukan kepentingan nasional dan melindungi industri dalam negeri. Bukan asing, termasuk Cina,” kata Bambang kepada wartawan di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (20/5).
Di sisi lain, kritik yang dilontarkan Bamsoet kepada Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu tentang kebijakannya yang mengacu ke negeri nenek moyangnya sama sekali tidak berbau SARA. Justeru hal itu harus menjadi bahan introspeksi Menteri Perdagangan dalam mengambil kebijakan.
Pasalnya, kebijakan Mari Elka Pangestu justru merugikan pelaku ekonomi termasuk pengusaha keturunan Tionghoa. Maka tak heran nasionalisme dan keberpihakan Marie kepada pelaku ekonomi nasional dikritik tajam,” tandas aktivis Gerakan Indonesia Bersih Adhie Massardi.
Mantan juru bicara Gus Dur ini mengatakan, kebijakan mulai dari diperbolehkannya ekspor rotan mentah, CAFTA, Permendag 39 hingga pembelian pesawat China MA 60 telah melukai rasa nasionalisme bangsa.
“Asal tahu saja kalau dia beli pesawat itu dari PT DI, BUMN itu akan bisa berkembang hingga 10 tahun,” kata dia.
Ada indikasi, lanjut Adhie, orang Istana yang geram dan dendam pada Bamsoet karena selalu bersuara lantang, memelintir pernyataan tokoh muda Partai Golkar ini menjadi isu rasis yang berbahaya. Padahal dalam mengkritisi kebijakan Marie Pangestu, Bambang Soesatyo proporsional.
Senada dengan Adhie, pengamat ekonomi dari Institut Paradigma Indonesia Harlan Sumarsono mengatakan, Bambang tidak perlu meminta maaf atas pernyataannya tersebut.
“Seharusnya Menteri Marie bersikap arif karena banyak kebijakannya yang menimbulkan kecurigaan bahwa dia tidak pro rakyat Indonesia,” timpal Sumarsono.
■ Ishak H Pardosi
Label
- alexa (2)
- ekonomi (28)
- google (3)
- greenpeace (5)
- iptek (21)
- Kolom pengaduan (3)
- kriminal (6)
- liburan natal 2008 (1)
- Musik (10)
- nasional (30)
- olah-raga (16)
- parsoburan (1)
- perbankan (1)
- pilkada dki (16)
- politik (76)
- rs carolus (3)
- selebritas (37)
No Response to "Lupakan Nasionalisme, Justru Kebijakan Elka yang Perlu Introspeksi"
Leave A Reply