Penguasa dan kroninnya, termasuk yg diucapkan orang2 di CSIS selalu mengkaitkan subsidi BBM dgn kaya atau miskin. Ini tidak selalu benar, karena subsidi BBM merupakan salah satu 'kewajiban' pemerintah di bidang ekonomi di negara penghasil minyak. Lagipula, pengalihan subsidi BBM selama ini pun TIDAK TEPAT SASARAN, kecuali utk kepentingan politik pengua

Rencana pemerintah menerapakan kebijakan moneter dengan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi yg diklaim sebagai langkah penyelamatan ekonomi merupakan alasan guna melindungi kepentingan politik. Pemerintah selalu saja mengimpor BBM dari Luar negeri yg tentunya mengikuti harga standar NYMEX, kenapa? disamping komisi yg lumayan besar yg terpenting adalah memanut rekomendasi pejabat dan kosultan pembangunan IMF  belaka. IMF nampaknya menginginkan terciptanya instabilisasi politik di Indonesia dgn menghapus subsidi BBM. oleh karena gunakan harga minyak dgn patokan di Singapura utk harga pokok, maka bisa dipastikan harga bensin nantinya akan melampaui Rp 9000/liter.

Istilah definisi miskin yg digunakan CSIS terkait dgn penelitiannya ini pun terkesan BIAS dan multitafsir.  Mengherankan saja jika peneliti sekelas CSIS mau gunakan definisi yg multitafsir. kalo orang pedalaman memang tidak pernah gunakan kendaraan bermotor. tapi tidak bisa dihubungkan dgn persepsi/anggapan dlm pemanfaatan BBM bersubsidi. Akibat dari tindakan ini telah banyak pengusaha kecil dan menengah bahkan pedagang kecil akan segera gulung tikar yg akan berbuntut parade penganggur yg semakin panjang dengan semakin terpurunknya sektor riil.