22 Mei 2011
Kartu Merah Untuk PSSI
Posted on 16.48 by Unknown
SALAH satu yang kena imbasnya adalah Klub Sriwijaya FC asal Palembang. Direktur Teknik Sriwijaya FC Hendry Zainuddin mengatakan, gagalnya pelaksanaan Kongres PSSI akan berdampak pada perjalanan klub asal Palembang itu pada turnamen Piala AFC.
“Kami sangat menyayangkan keputusan ini. Kondisi ini jelas akan berdampak pada kami,” kata Hendry.
Dia menambahkan, dengan gagalnya kongres yang juga dihadiri perwakilan dari FIFA dan AFC ini maka peluang Indonesia terkena sanksi tegas dari federasi sepak bola dunia itu. “Sangat sia-sia perjuangan kita selama ini jika sanksi dari FIFA benar-benar turun,” katanya.
Sriwijaya FC saat ini telah memastikan dirilolos ke babak 16 besar Piala AFC 2011. Jika sanksi dari FIFA turun maka Ponaryo Astaman dan kawan-kawan tidak bisa lagi menlanjutkan pertandingan. Padahal, untuk mencapai babak 16 besar Piala AFC itu tidak mudah, butuh perjuangan yang berat dan membutuhkan biaya yang besar. Selain Laskar Wong Kito, klub Tanah Air yang berpeluang tidak bisa melanjutkan pertandingan internasional adalah Persipura Jayapura. Klub yang diasuh Jacksen Tiago itu juga lolos ke 16 besar Piala AFC.
Jika sanksi FIFA turun tidak dua klub itu saja yang dirugikan. Namun timnas Merah Putih juga tidak bisa turun diajang internasional yang salah satunya adalah SEA Games 2011 di Palembang dan Jakarta.
Menanggapi fakta ini, pelatih Persipura asal Brasil, Jacksen F Tiago mengatakan, sepakbola Indonesia kini hanya tinggal menunggu keajaiban terlepas dari sanksi FIFA.
“Sebagai orang yang hidup dari sepak bola, jelas saya kecewa sekali, apalagi ada ancaman dari FIFA. Mengenai skorsing buat PSSI, saya cuma berharap masih ada keajaiban sehingga FIFA masih berbaik hati dengan negara ini yang berpotensi besar menjadi sebuah kekuatan dalam bisnis sepak bola yang luar biasa, menemukan jati diri, dan kembali ke jalur fair play yang diajarkan olahraga sepak bola luar negeri yang sering kami saksikan lewat layar kaca pada tiap akhir pekan,” papar Jacksen.
Dia menambahkan, “Kalau sepak bola diutamakan, jelas saat itu PSSI seharusnya sudah ada nakhoda baru. Tapi, nyatanya belum. Itu berarti apa yang diminta oleh FIFA tidak dilaksanakan dengan baik.
”Sementara rekan seprofesi Jacksen, pelatih Semen Padang, Nilmaizar meminta agar semua pihak berpikir jernih untuk kepentingan sepakbola nasional.Klubnya hanya berharap PSSI tidak kena sanksi FIFA, sehingga sepakbola nasional bisa bernafas lega. “Semua pihak diharapkan bicara dari hati ke hati demi kepentingan sepakbola nasional,” imbuh Nilmaizar.
Sebagai pelatih Nilmizar hanya berharap kongres bisa digelar kembali dan ketua umum yang baru bisa dipilih kembali secepatnya. “Percuma mencari siapa yang salah dan benar saat ini, yang terpenting jangan sampai kita kena sanksi,”jelasnya.
Mengenai adanya kelompok 78, Nilmaizar berpendapat, seharusnya bisa dirangkul. Sehingga tidak ada perpecahan, tidak berdiri diatas kepentingan perorangan, tapi demi kepentingan nasional yang menjunjung tinggi sportivitas. Dia dan klubnya akan bersikap netral terkait hal ini. Pasalnya, siapapun yang terpilih Semen Padang akan mendukungnya. “Secepatnya ini harus dicairkan, dan PSSI bisa melobi FIFA untuk memperpanjang waktu untuk kita mengulang kongres lagi,” tukasnya.
Di tempat terpisah, pemain senior Ponaryo Astaman juga angkat bicara, menurutnya, apa yang terjadi di Kongres PSSI kemarin,merupakan potret sepakbola nasional.
“Apa mau dikata, itulah potret sepakbola kita, yang terjadi semalam betul-betul diluar harapan kita,” katanya.
Ponaryo mengaku tidak dapat berkata-kata bila mengingat kongres PSSI harus berakhir tanpa hasil lagi. “Tidak tahu mau bilang apa, pastinya sangat menyesalkan melihat hasil kongres tadi malam. Tapi, saya hanya berharap, kita tidak dihukum FIFA, itu saja. Kalaupun harus terjadi, yah resiko,” ujarnya.
Melihat kondisi ini, tidak hanya pemain yang khawatir, tapi seluruh rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan sirna sudah.
“Saya dan masyarakat tentu mendesak pengurus dan semua yang ada di jajaran PSSI untuk memperbaiki lagi, agar peluang kita untuk dikancah internasional tidak ditutup. Mau kemana kita kalau FIFA memberi sanksi,” sesalnya.
Rasa kecewa juga keluar dari mulut pemain tim nasional dan bintang Persib Bandung era 80-an, Robby Darwis. Kang Robby berpendapat, seharusnya kongres kemarin tidak dihentikan tanpa keputusan siapa yang akan memimpin PSSI.
“Seharusnya ada keputusan tentang ketua umum PSSI yang baru, jangan dipotong (dihentikan). Seharusnya siapa pun yang akan jadi ketua umum PSSI diberi kesempatan karena dia juga ingin memberikan yang terbaik juga buat sepak bola,” katanya.
Atas kejadian ini, dia berharap FIFA tak sampai menjatuhkan sanksi berupa larangan bagi tim dan klub Indonesia untuk bertarung di arena internasional.
“Saya harap FIFA mau mengertilah terhadap klub-klub seperti Persipura (Jayapura) dan Sriwijaya FC yang ingin memberikan yang terbaik untuk bangsanya di ajang AFC (Piala Champion Asia),” ujarnya.
Sebab, peluang bertarung di ajang kompetisi internasional adalah motif dan cita-cita setiap pemain sepak bola profesional.
“Sebagus apa pun kompetisi di dalam negeri, kalau ke depannya (peluang tampil di arena internasional) tidak ada, saya kira pemain juga tidak sepenuh hati mainnya,” jelas Robby.
■ Indra Maliara
“Kami sangat menyayangkan keputusan ini. Kondisi ini jelas akan berdampak pada kami,” kata Hendry.
Dia menambahkan, dengan gagalnya kongres yang juga dihadiri perwakilan dari FIFA dan AFC ini maka peluang Indonesia terkena sanksi tegas dari federasi sepak bola dunia itu. “Sangat sia-sia perjuangan kita selama ini jika sanksi dari FIFA benar-benar turun,” katanya.
Sriwijaya FC saat ini telah memastikan dirilolos ke babak 16 besar Piala AFC 2011. Jika sanksi dari FIFA turun maka Ponaryo Astaman dan kawan-kawan tidak bisa lagi menlanjutkan pertandingan. Padahal, untuk mencapai babak 16 besar Piala AFC itu tidak mudah, butuh perjuangan yang berat dan membutuhkan biaya yang besar. Selain Laskar Wong Kito, klub Tanah Air yang berpeluang tidak bisa melanjutkan pertandingan internasional adalah Persipura Jayapura. Klub yang diasuh Jacksen Tiago itu juga lolos ke 16 besar Piala AFC.
Jika sanksi FIFA turun tidak dua klub itu saja yang dirugikan. Namun timnas Merah Putih juga tidak bisa turun diajang internasional yang salah satunya adalah SEA Games 2011 di Palembang dan Jakarta.
Menanggapi fakta ini, pelatih Persipura asal Brasil, Jacksen F Tiago mengatakan, sepakbola Indonesia kini hanya tinggal menunggu keajaiban terlepas dari sanksi FIFA.
“Sebagai orang yang hidup dari sepak bola, jelas saya kecewa sekali, apalagi ada ancaman dari FIFA. Mengenai skorsing buat PSSI, saya cuma berharap masih ada keajaiban sehingga FIFA masih berbaik hati dengan negara ini yang berpotensi besar menjadi sebuah kekuatan dalam bisnis sepak bola yang luar biasa, menemukan jati diri, dan kembali ke jalur fair play yang diajarkan olahraga sepak bola luar negeri yang sering kami saksikan lewat layar kaca pada tiap akhir pekan,” papar Jacksen.
Dia menambahkan, “Kalau sepak bola diutamakan, jelas saat itu PSSI seharusnya sudah ada nakhoda baru. Tapi, nyatanya belum. Itu berarti apa yang diminta oleh FIFA tidak dilaksanakan dengan baik.
”Sementara rekan seprofesi Jacksen, pelatih Semen Padang, Nilmaizar meminta agar semua pihak berpikir jernih untuk kepentingan sepakbola nasional.Klubnya hanya berharap PSSI tidak kena sanksi FIFA, sehingga sepakbola nasional bisa bernafas lega. “Semua pihak diharapkan bicara dari hati ke hati demi kepentingan sepakbola nasional,” imbuh Nilmaizar.
Sebagai pelatih Nilmizar hanya berharap kongres bisa digelar kembali dan ketua umum yang baru bisa dipilih kembali secepatnya. “Percuma mencari siapa yang salah dan benar saat ini, yang terpenting jangan sampai kita kena sanksi,”jelasnya.
Mengenai adanya kelompok 78, Nilmaizar berpendapat, seharusnya bisa dirangkul. Sehingga tidak ada perpecahan, tidak berdiri diatas kepentingan perorangan, tapi demi kepentingan nasional yang menjunjung tinggi sportivitas. Dia dan klubnya akan bersikap netral terkait hal ini. Pasalnya, siapapun yang terpilih Semen Padang akan mendukungnya. “Secepatnya ini harus dicairkan, dan PSSI bisa melobi FIFA untuk memperpanjang waktu untuk kita mengulang kongres lagi,” tukasnya.
Di tempat terpisah, pemain senior Ponaryo Astaman juga angkat bicara, menurutnya, apa yang terjadi di Kongres PSSI kemarin,merupakan potret sepakbola nasional.
“Apa mau dikata, itulah potret sepakbola kita, yang terjadi semalam betul-betul diluar harapan kita,” katanya.
Ponaryo mengaku tidak dapat berkata-kata bila mengingat kongres PSSI harus berakhir tanpa hasil lagi. “Tidak tahu mau bilang apa, pastinya sangat menyesalkan melihat hasil kongres tadi malam. Tapi, saya hanya berharap, kita tidak dihukum FIFA, itu saja. Kalaupun harus terjadi, yah resiko,” ujarnya.
Melihat kondisi ini, tidak hanya pemain yang khawatir, tapi seluruh rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan sirna sudah.
“Saya dan masyarakat tentu mendesak pengurus dan semua yang ada di jajaran PSSI untuk memperbaiki lagi, agar peluang kita untuk dikancah internasional tidak ditutup. Mau kemana kita kalau FIFA memberi sanksi,” sesalnya.
Rasa kecewa juga keluar dari mulut pemain tim nasional dan bintang Persib Bandung era 80-an, Robby Darwis. Kang Robby berpendapat, seharusnya kongres kemarin tidak dihentikan tanpa keputusan siapa yang akan memimpin PSSI.
“Seharusnya ada keputusan tentang ketua umum PSSI yang baru, jangan dipotong (dihentikan). Seharusnya siapa pun yang akan jadi ketua umum PSSI diberi kesempatan karena dia juga ingin memberikan yang terbaik juga buat sepak bola,” katanya.
Atas kejadian ini, dia berharap FIFA tak sampai menjatuhkan sanksi berupa larangan bagi tim dan klub Indonesia untuk bertarung di arena internasional.
“Saya harap FIFA mau mengertilah terhadap klub-klub seperti Persipura (Jayapura) dan Sriwijaya FC yang ingin memberikan yang terbaik untuk bangsanya di ajang AFC (Piala Champion Asia),” ujarnya.
Sebab, peluang bertarung di ajang kompetisi internasional adalah motif dan cita-cita setiap pemain sepak bola profesional.
“Sebagus apa pun kompetisi di dalam negeri, kalau ke depannya (peluang tampil di arena internasional) tidak ada, saya kira pemain juga tidak sepenuh hati mainnya,” jelas Robby.
■ Indra Maliara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
- alexa (2)
- ekonomi (28)
- google (3)
- greenpeace (5)
- iptek (21)
- Kolom pengaduan (3)
- kriminal (6)
- liburan natal 2008 (1)
- Musik (10)
- nasional (30)
- olah-raga (16)
- parsoburan (1)
- perbankan (1)
- pilkada dki (16)
- politik (76)
- rs carolus (3)
- selebritas (37)
No Response to "Kartu Merah Untuk PSSI"
Leave A Reply