NAZARUDDIN
TENTUNYA, publik berharap agar ‘nyanyian’ baru Nazaruddin ini tidak hanya menggemparkan suasana politik belaka. Akan tetapi, pengusutan kasus seperti yang diungkapkan Nazaruddin haruslah benar-benar ditelusuri kebenarannya. Apakah Nazaruddin mengungkap fakta sebenarnya? Ataukah sebaliknya, dia hanya ingin mencari sensasi semata. Toh, dia merasa berada di tempat persembunyian yang aman, layaknya koruptor Nunun Nurbaeti serta koruptor kakap lainnya.
Sekali lagi, Kepolisian dan KPK benar-benar berada di puncak gunung. Salah-salah melangkah, kedua institusi penegak hukum ini bakal jatuh terguling ke lembah paling curam. Apalagi, Nazaruddin yang mantan kader Partai Demokrat itu terlihat makin beringas mengumbar dosa-dosa Demokrat dan KPK.
Inilah wawancara antara Metro TV dan Muhammad Nazaruddin:
Metro TV: Anda saat ini sedang berada dimana Bang?
Nazaruddin: Saya ada di satu tempat yang kiranya ‘aman’ dari kebohongan dan permainan politik yang direkayasa.
Metro TV: Anda masih diluar negeri
Nazaruddin: Ya, saya masih diluar negeri
Metro TV: Anda saat ini berada di Singapura saja atau berpindah-pindah Bang? Karena informasi yang ada di sini, Anda disebutkan berpindah-pindah, mana yang benar Bang?
Nazaruddin: Saya ada di suatu tempat yang aman dari rekayasa politik lah.
Metro TV: Kami ingin meluruskan dari awal. Anda berjanji akan pulang setelah dipanggil KPK. Mengapa setelah menjadi tersangka Anda belum juga pulang?
Nazaruddin: Gimana saya mau pulang, rekayasanya selalu dibuat. Saya mau tanya sama KPK, bagaimana KPK bisa membuktikan bahwa saya ada terima aliran dana. Hanya penjelasan dari seorang yang direkayasa, oleh seorang yang namanya Anas Urbaningrum, merekayasa semuanya supaya saya dijadikan tersangka. Anas itu adalah pendana aliran dana wisma atlet.
Metro TV: Anda disebutkan bisa membuktikan semua itu, jika Anda menemui KPK? Anda tidak ingin datang ke KPK untuk membuktikan data-data yang anda punya?
Nazaruddin: saya mau ke KPK, KPK-nya bohong semua. KPK itu perampok, saya tahu KPK itu perampok. Kalau Anda mau tahu, 2010 bulan 11, Chandra Hamzah itu datang ke rumah saya terima uang. Ada bukti CCTV-nya.
Metro TV: Menerima uang untuk apa?
Nazaruddin: Ada proyek pengadaan baju hansip untuk pemilu. Itu Chandra Hamzah mau naikkan kasusnya di KPK, ada seorang pengusaha yang menemui dia saat itu. Tanya Benny K Harman, Benny K Harman ikut pertemuan waktu itu.
Metro TV: Berapa jumlah uang yang Anda berikan ke Chandra Hamzah?
Nazaruddin: Bukan saya yang berikan, tapi pengusaha itu yang memberikan.
Metro TV: Tapi Anda berada disitu?
Nazaruddin: Makanya saya mau bilang, saya tidak percaya dengan KPK. Ini jelas, ya orang keuangan. Yulianus itu bukan orang keuangan saya. Anas Urbaningrum adalah pemilik PT Anugrah Nusantara.
Metro TV : Anas mengatakan sudah mundur dari Anugerah Nusantara
Nazaruddin: Mundur gimana. Kalau mundur itu kan harus suratnya. Jadi begini ya, Anas bisa menang di 2010 (Kongres Demokrat di Bandung) memang pakai duit dari mana? Kita punya posko waktu itu di Senayan City. Semua kita panggil DPC dan dikasih uang. Setelah itu pertemuan di Hotel Sultan, setelah itu deklarasi di Hotel Sultan. Semua itu pakai uang. Uangnya dari mana? Dari perusahaan Anas. Anas itu terima uang dari proyek Ambalang (Palembang) Rp 100 miliar, dari Wisma Atlet itu Rp 16 Miliar.
Metro TV: Ada bukti soal itu?
Nazaruddin: Semua ada buktinya. Kalau KPK berani tangkap itu Anas Urbaningrum. Jangan direkayasa.
Metro TV: Tapi Anda ragu menyerahkan bukti itu ke KPK
Nazaruddin: Ya, karena saya ragu dengan KPK. Karena KPK itu perampok semua.
Metro TV: Siapa saja yang merekayasa kasus Anda, sehingga Anda tidak mau pulang
Nazaruddin: Yang merekayasa itu di dalam Hamzah dan Jasin. Itu semua temannya Anas dalam permainan mereka. Saya tahu benar, orang saya sering ikut ketemu kok.
Metro TV: Anas melaporkan Anda ke Polisi karena sering berbicara tanpa bukti
Nazaruddin: Oke, saya sekarang cerita ya. Anas bisa menang karena habis hampir 20 juta dolar AS. Kalau tidak, mana bisa menang? Saya tahu benar, uangnya dari mana? dari proyek APBN. Ambalang itu sudah direkayasa supaya Adhi Karya (BUMN) bisa menang.
Metro TV: Bagaimana rekayasa dalam proyek Wisma Atlet?
Nazaruddin: Wisma Atlet itu adalah anggaran yang dialokasikan pada APBN-P 2010. Bukan dari anggaran sekarang, dan pembicaraannya mulai Januari 2010. Posisi Anas waktu itu Ketua Fraksi Demokrat. Pertemuannya ada, pertemuan dengan Andi Malarangeng di lantai 10 di Arcadia, semua ada buktinya. Yang menjalankan teknisnya Angelina Sondakh. Yang mengantar uang ke Anas selalu ke rumahnya. Ada supir namanya Dayat. Saya akan suruh Dayat ke KPK. Tapi percuma, tidak mungkin Pak Busyro bisa selesaikan kasus internalnya.
Metro TV: Siapa Dayat?
Nazaruddin: Dayat itu adalah supirnya Yuliani karyawan Anas dan saya. Tapi saya ini hanya pelaksana.