Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menegaskan Partai NasDaem sebagai partai baru yang akan ikut berlaga di Pemilu 2014 mendatang hasus siap lempar handuk. Maksudnya, partai besutan Surya Paloh itu harus siap kalah.

“KHUSUS partai NasDem, selamat datang pada persaingan kompetisi politik yang berat dan sehat. Siap berlaga dengan sehat, tapi siap lempar handuk, jika kalah,” ujar Priyo kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (28/7/2011).

Priyo sebenarnya masih berharap Surya Paloh kembali ke Golkar. Namun bila bos media grup itu memaksa pergi bersama Partai NasDem, Golkar mengikhlaskannya. “Sebenarnya, kami mengharapkan Pak Surya Paloh untuk kembali ke Golkar. Tapi karena beliau juga tokoh, ya sudah kami ikhlaskan saja,” tuturnya.

Surya Paloh sendiri diyakini masih anggota Partai Golkar. Priyo belum berani memastikan apakah Surya Paloh sudah mundur dari Golkar atau belum. “Saat ini kan beliau belum deklarasi apa pun. Jadi secara de fakto dan de jure memang tipis. Nanti kalau sudah deklarasi, maka otomatis beliau mundur,” tandasnya.

BERITA TERKAIT:
PRIYO PESIMIS PARTAI NASDEM BISA BERTAHAN

Sementara itu, Pengamat Politik Arbi Sanit menilai Partai NasDem sulit menjadi partai besar, karena tidak memiliki tokoh. “Di Indonesia, ketokohan masih jadi yang utama, NasDem sulit jadi partai besar, kecuali dia bisa merangkul tokoh dari Pulau Jawa yang dipandang bisa menjadi pemimpin nasional,” kata Arbi Sanit.

Arbi memang tidak sembarang ucap. Dia menganalisa di saat pencalonan Jusuf Kalla sebagai Capres pada 2009 lalu. Dia menilai faktor non Jawa yang membuat JK tidak memperoleh dukungan besar.

Kalau hanya mengandalkan kekuatan organisasi saja akan sulit. PKS yang mengandalkan organisasi harus melewati beberapa pemilu sebelum seperti sekarang ini. Itu pun masih jauh di bawah partai yang memiliki tokoh, misal Partai Demokrat dengan SBY atau PDIP dengan Megawati. “NasDem mungkin akan bisa mengikuti pemilu, tapi apakah nanti bisa mendapatkan suara yang cukup, kita lihat nanti. Yang utama dan terpenting adalah tokoh dan organisasi,” tuturnya

sumber : www.monitorindonesia.com