St. Levi Press

 PILOT KOMERSIL TERBANG DENGAN MATA BUTA. 

Artikel oleh: Leo kusuma,

Ketika berada di angkasa, para pilot terbang buta, kecuali hanya memperhatikan instrumen navigasi dan berkomunikasi dengan kontrol darat. Jendela kokpit nyaris tidak berfungsi sama sekali. Para pilot komersil tersebut terbang berdasarkan arahan dan pengawasan dari petugas AIR TRAFFIC CONTROL (ATC). Mereka para petugas ATC disebut juga sebagai PILOT KEDUA yang berfungsi menjadi MATA dan sekaligus PEMANDU penerbangan. Para pilot komersil dipandu berdasarkan peta penerbangan yang terlihat seperti pada gambar di atas. Ada berbagai versi, dan akan berbeda untuk versi layar radar ATC yang lebih rumit. Tanda LINGKARAN menandakan jangkauan radar yg sekaligus menjadi kewenangan dari salah satu ATC. Jalur penerbangan ditandai dengan garis yang masing-masing memiliki warna. Masing-masing warna menandakan batas ketinggian, serta kode koordinasi dengan otoritas menara kontrol (ATC). Di peta tersebut dicantumkan pula koordinat, kode ketinggian, dan kode frekuensi radio untuk masing-masing otoritas ATC. Peran ATC ini pun tidak kalah pentingnya turut menentukan nasib pesawat yang dipandunya. Adapun jalur penerbangan tidak lebih menyerupai jalur rel kereta api atau disebut rel bayangan yang hanya bisa terlihat utuh oleh menara ATC. Pihak ATC punya otoritas dan kewenangan penuh atas arah, ketinggian, ataupun seluruh keputusan yang dimintakan oleh pilot komersil. Sebagai catatan, pilot menggunakan kode komunikasi yang menandakan dirinya berpengalaman, pernah melintasi, atau belum pernah melintasi rute yang dipandu oleh ATC. Jika belum pernah atau baru sekali, maka petugas ATC akan berkonsentrasi memberikan panduan prioritas.