6 November 2012
Pak Camat Habinsaran, Jangan Khianati Penantian Seratus Tahun Itu
Posted on 17.58 by Unknown
Euforia penantian seratus tahun itu ternyata hanya berumur tujuh bulan. Bukan karena lahir prematur tetapi karena mati dalam kandungan. Bagi-bagi tanah di areal kantor Camat Habinsaran berujung kecewa. Kenapa kau khianati penantian seratus tahun itu, Pak Camat? Ishak H Pardosi Ada kegamangan saat menyikapi perseteruan di antara masyarakat Parsoburan, Kecamatan Habinsaran, Tobasa, yang belakangan semakin menghangat. Kiri kena, kanan juga kena. Faktor kekeluargaan adalah yang paling utama. Apa boleh buat, keluarga dekat saya sendiri juga terjebak dalam skenario obral tanah di areal kantor Camat Habinsaran. Mereka yang terdiri dari 13 orang itu asyik membagi-bagikan tanah sebanyak 14 kavling itu. Kemana satu kavling lagi? Oh ya, satu orang mendapat bagian dua kavling. Lantas, siapa sebenarnya ketigabelas orang itu? Konon, mereka adalah bagian dari tim sukses Kasmin Simanjuntak, Bapak Bupati Tobasa yang terhormat. Politik balas jasa? Tidak juga. Sebab, anak Pak Bupati juga didaulat sebagai pemilik salah satu kavling itu. Kalau memang politik balas jasa karena sukses mengantarkan Kasmin ke kursi singgasana, kenapa keluarga Pak Bupati ikut menikmati tanah itu? Selain putra mahkota Bupati, sederet nama tokoh masyarakat Parsoburan juga ikut kecipratan. Di antaranya, mantan Lurah Parsoburan, Lurah Parsoburan, dan istri Camat Habinsaran. Wow, kenapa bukan atas nama Pak Camat sendiri? Sebenarnya, modus bagi-bagi tanah tersebut masih tergolong konvensional. Surat edaran Dinas Pasar, Kebersihan, dan Pertamanan Pemkab Tobasa perihal Pemanfaatan Tanah Pemda, tidak pernah beredar di kalangan masyarakat. Surat itu hanya beredar di tangan orang-orang tertentu. Kok bisa? Yah, karena itu tadi, masih konvensional. Mungkin Kasmin Cs tidak menyangka, pembagian tanah yang konon dihargai Rp 10 juta per kavling ke sejumlah tokoh itu akan mampu meredam gejolak masyarakat lainnya. Atau bisa juga, mereka memandang sebelah mata. Menganggap yang lain tidak ada apa-apanya. Digertak sedikit, pasti diam. Kenyataannya justru sebaliknya. Gelombang protes langsung menggema hingga ke Jakarta yang membuat ketigabelas itu sibuk membela diri. Kabar terakhir, pembangunan keempatbelas kavling itu dihentikan sementara. Harus diakui, masyarakat Habinsaran terutama Pardosi, harus siap menerima kenyataan. Sebuah kenyataan pahit atas nama Sabam Pardosi, SE yang kini menjabat Camat Habinsaran. Apa boleh buat, penantian seratus tahun itu ternyata tak seindah yang dibayangkan. Pak Camat yang diharapkan akan membawa perubahan positif di Habinsran justru terlibat dalam skandal yang tak boleh disepelekan. Ada pertaruhan harga diri marga Pardosi di sana. Sebab, tanah yang dibagi-bagikan itu merupakan milik Pardosi yang telah dihibahkan kepada pemerintah. Kalau boleh berharap, Pak Camat jangan pula mengkhianti penantian seratus itu. *** Penulis adalah putera Habinsaran tinggal di Jakarta
www.pusukbuhit.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
- alexa (2)
- ekonomi (28)
- google (3)
- greenpeace (5)
- iptek (21)
- Kolom pengaduan (3)
- kriminal (6)
- liburan natal 2008 (1)
- Musik (10)
- nasional (30)
- olah-raga (16)
- parsoburan (1)
- perbankan (1)
- pilkada dki (16)
- politik (76)
- rs carolus (3)
- selebritas (37)
No Response to "Pak Camat Habinsaran, Jangan Khianati Penantian Seratus Tahun Itu"
Leave A Reply